credit |
Awal merintis sebuah usaha bukanlah sesuatu yang mudah untuk
dijalani. Tidak terasa, sudah setahun Toko
Obat Trisad, usaha kecil-kecilan milik kami berjalan. Nama TRISAD diambil dari
kesamaan nama belakang ketiga anak kami: Dilshad, Rasyad dan Irsyad. Rintangan dan hambatan menjadi pemacu kami
untuk berusaha lebih keras lagi. Ujian dan cobaan juga kerap menerpa. Seolah
ingin menggoyahkan tiang usaha yang baru berdiri ini. Rapuh dan belum
berpengalaman.
Sebelum membuka usaha, kami banyak bertanya kepada keluarga
adik suami yang sudah terlebih dahulu membuka toko obat dan sukses. Kami yakin, kami juga bisa membuka toko obat.
Saya dan suami sama-sama tidak memiliki latar belakang bidang farmasi.
Pengalaman suami di bidang distributor farmasilah yang membuat beliau ingin membuka
usaha ini. Sebagai istri, saya sangat mendukung keinginan suami. Bismillah, ala
bisa karena biasa. Perlahan tapi pasti, saya mulai belajar tentang obat-obatan.
Pengalaman adalah guru yang paling berharga. Masalah demi
masalah yang datang membuka mata kami untuk lebih banyak belajar. Tanpa
gelombang, tidak akan kapal bisa berlayar.
Saya sempat goyah dan ingin menyerah. Namun genderang tekad untuk tetap
menjalankan amanah suami kembali bergemuruh setiap saya berpikir untuk berhenti.
Maju terus, pantang mundur!
Cobaan terberat yang paling memukul saya adalah saat toko
kemalingan. Mungkin jika dihitung, nilainya tidak seberapa. Namun bagi toko
kecil ini, kehilangan sekarung besar stok dagangan cukup menguras modal kami.
Cobaan yang paling sering kami hadapi adalah penipuan. Ya
Allah, saya tidak habis pikir, mengapa ada orang yang tega menipu dan
menjadikannya sebagai mata pencaharian. Dalam waktu setahun, sudah banyak upaya
penipuan terjadi di toko kami. Sebagai pemula yang miskin pengalaman, wajar
jika kami akhirnya kena tipu. Beberapa kasus penipuan akan saya ceritakan
sebagai berikut:
1. Membeli tanpa membayar
1. Membeli tanpa membayar
Sama saja dengan mencuri, bukan? Kejadian ini
menimpa Mbak Titin, penjaga toko kami.
Sebelumnya, penipu yang adalah seorang ibu ini sering datang ke toko.
Setelah melihat-lihat, dia menanyakan obat yang tidak ada di toko. Kunjungan
kedua juga demikian. Setiap datang, dia begitu ramah dan banyak bertanya
tentang kami. Mengumpulkan informasi. Setelah tahu kami adalah pendatang baru,
dia menunggu kami lengah. Tiba waktunya, saat saya sedang di rumah, dia datang
lagi dengan terburu-buru. Membawa daftar obat yang ingin dibeli. Setelah barang
siap dan dibuatkan nota, dia bilang, “Nanti bayarnya sama ibu (saya, maksudnya)
belakangan ya, Mbak. Tadi udah bilang. Kata Ibu boleh.” Si Mbak percaya. Dan
sampai detik ini penipu itu tidak tampak lagi batang hidungnya. Jumlah
kerugian? Hhhhh…lumayan bikin sesak dada. Sampai nominal 900 ribu, saya tidak
berani melanjutkan berhitung kerugiannya. Perih.
Selanjutnya, modus serupa kerap terjadi. Ada yang ujug-ujug datang, sksd (sok kenal sok dekat) dengan si Mbak dan mengaku kenal saya. Buntutnya belanja obat lalu minta berhutang dulu. Wuih, sori yee! Saya baru pulang dari rantau, mana mungkin sudah punya kenalan begitu banyak? Kenalan saya cuma tetangga satu RT, titik. Semua sukses ditolak oleh Mbak Titin, belanjaan tidak diberikan dan para penipu itu pergi dengan tangan hampa.
2. Uang palsu
Selanjutnya, modus serupa kerap terjadi. Ada yang ujug-ujug datang, sksd (sok kenal sok dekat) dengan si Mbak dan mengaku kenal saya. Buntutnya belanja obat lalu minta berhutang dulu. Wuih, sori yee! Saya baru pulang dari rantau, mana mungkin sudah punya kenalan begitu banyak? Kenalan saya cuma tetangga satu RT, titik. Semua sukses ditolak oleh Mbak Titin, belanjaan tidak diberikan dan para penipu itu pergi dengan tangan hampa.
2. Uang palsu
Seorang pria datang ke toko. Wajahnya
sumringah, bahkan terlalu banyak cengengesan menurut saya. Dia bertanya obat pilek yang biasa diminumnya.
Dia menyebut merk X. Saat saya ambilkan, sambil cengar-cengir, dia
bertanya, “Cocoknya apa ya?” Lha, gimana sih ni orang, katanya biasa minum obat
merk X?! Saya langsung pasang radar. Kemudian orang itu mengeluarkan selembar
uang 100 ribu. Saya sentuh dan amati uang tersebut cukup lama, di depan dia
tentunya. Kayaknya ada yang aneh. Langsung saya kembalikan dan bilang, “Maaf
mas, ada uang yang lainnya? Saya belum ada kembalian. Baru buka.” Dia sedikit
terperangah, salting, namun masih cengengesan, “Oh iya deh, Bu. Saya tukar di
sana dulu, ya.” Dan dia tidak kembali lagi. Alhamdulillah.
Tidakan pencegahan lain yang saya ajarkan pada Titin: jika ragu uang itu palsu atau tidak, segera bawa ke warung sebelah, pura-pura mau ditukar dulu. Penjaga warung bakso di sebalah toko kami tentu sudah lebih berpengalaman. Jika si Mas Tukang Bakso bilang itu uang palsu, segera kembalikan dan bilang kita tidak punya lagi uang receh. Selesai.
Penting: kelewat cengengesan atau over cengar-cengir juga termasuk ciri-ciri penipu. Dia belum berpengalaman, sehingga grogi dan cengengesan enggak jelas gitu. Beberapa penipu tipe seperti ini juga pernah ditemui Mbak Titin. Buntutnya, orang itu dicuekin hingga akhirnya pergi.
3. Menawarkan dagangan produk obat ‘tidak jelas’
Tidakan pencegahan lain yang saya ajarkan pada Titin: jika ragu uang itu palsu atau tidak, segera bawa ke warung sebelah, pura-pura mau ditukar dulu. Penjaga warung bakso di sebalah toko kami tentu sudah lebih berpengalaman. Jika si Mas Tukang Bakso bilang itu uang palsu, segera kembalikan dan bilang kita tidak punya lagi uang receh. Selesai.
Penting: kelewat cengengesan atau over cengar-cengir juga termasuk ciri-ciri penipu. Dia belum berpengalaman, sehingga grogi dan cengengesan enggak jelas gitu. Beberapa penipu tipe seperti ini juga pernah ditemui Mbak Titin. Buntutnya, orang itu dicuekin hingga akhirnya pergi.
3. Menawarkan dagangan produk obat ‘tidak jelas’
Seorang ibu datang ke toko. Dengan nada
memelas, menawarkan dagangan obat luka yang kemasannya sudah buram karena sinar
matahari. Dia menawarkan harga murah. Butuh uang, katanya. Dengan tegas, MbakTitin
menolak. Good girl! Alhamdulillah, Mbak Titin tahu dia tidak berhak membeli dagangan
karena itu tugas saya dan suami. Apalagi
produknya enggak jelas gitu.
Berbicara dengan nada memelas adalah salah satu taktik penipu. Dia ingin kita jatuh iba. Mungkin nanti akan ada penipu yang datang ke toko sambil berurai air mata? Entahlah. Mudah-mudahan jangan sampai kejadian.
4. Menawarkan dagangan dengan memaksa
Berbicara dengan nada memelas adalah salah satu taktik penipu. Dia ingin kita jatuh iba. Mungkin nanti akan ada penipu yang datang ke toko sambil berurai air mata? Entahlah. Mudah-mudahan jangan sampai kejadian.
4. Menawarkan dagangan dengan memaksa
Paling sering adalah orang yang menawarkan
tutup sekring listrik dan obat abate (untuk dilarutkan ke tempat penampungan
air). Tetap keukeuh menolak! Itu kuncinya. Jika dia ngotot terus, segera pergi
ke depan toko. Pindahkan perdebatan di depan teras toko agar dilihat banyak orang. Siap-siap berteriak minta tolong jika dia macam-macam! Pikirnya,
saya atau Titin yang perempuan penjaga toko ini bisa diintimidasi seenaknya!
Huh!
5. Mengambil kembalian
5. Mengambil kembalian
Ini baru saja terjadi
kemarin (3 Juni 2013). Saya belum sembuh benar, namun sayang jika absen menjaga
toko pada pagi hari di awal bulan. Entah firasat, saya agak segan pergi menjaga
toko hari itu. Namun, saya tetap pergi. Tumben, saya malas sarapan nasi.
Padahal saya tahu, tanpa sarapan nasi tubuh saya akan mudah lemas. Benar saja.
Saat menjaga toko, saya mulai lemas karena lapar. Saat itulah saya kurang
konsentrasi sehingga mudah ditipu orang. Kejadiannya begitu cepat, dia datang
ke toko menanyakan obat batuk. Membayar dengan selembar uang 100 ribu. Saya berikan obat
dan kembaliannya. Ternyata, dia tidak langsung pergi, kembali lagi dan bilang
mau cari obat yang lain saja. Obat yang tadi tidak jadi. Saya ambil obat dan
kembaliannya. Uang 100 ribu saya kembalikan. Lalu orang itu mulai marah-marah
minta dicarikan obat lain. Karena sibuk, saya tidak memperhatikan uang
kembalian tadi. Sungguh, saya merasa sudah memasukkan uang itu ke dompet toko! Jadi saya santai saja menuruti keinginan dia, mencarikan obat lain. Cukup lama
obat ‘diacak-acak’olehnya. Minta dicarikan yang cocok. Rupanya itu strategi dia
agar saya sibuk. Benar, saya jadi lost focus karena sibuk mencari obat. Dia
lalu pergi dengan marah karena tidak menemukan yang cocok dan akan membeli di
toko lain. Dengan santai, saya mempersilakan dia pergi. Dua detik kemudian,
saya baru sadar, uang kembalian hilang! Astagfirullah, dia maling! Pantas
motornya langsung ngebut tadi!
Sebenarnya, saya sudah curiga saat orang itu memindahkan motornya ketika datang. Awalnya motor diparkir di pinggir jalan. kemudian dia memindahkan motor ke teras toko, hingga posisinya jadi lebih dekat. Biasanya hanya Mbak Titin yang memarkir motornya di teras. Kalau dia memarkir motor di teras juga, kesannya dia ingin singgah lebih lama. Belakangan, saya tahu sebabnya. Ternyata parkir di teras memudahkan dia untuk segera melarikan diri. Jika motor diparkir di pinggir jalan, perlu waktu bagi dia untuk berjalan kaki dulu ke motor lalu pergi. Dengan langsung melompat ke motor, saya tidak punya kesempatan untuk berteriak dan mengejar. Sudah terlambat.
Hhhh....*menghela napas* dari semua kejadian, kami sudah mengiklaskan semua barang dan uang yang hilang. Biarlah kehilangan ini menjadi pelajaran bagi kami untuk lebih berhati-hati lagi. Dan untuk para penipu, apakah kalian tidak malu menjalani hidup dengan rejeki yang tidak halal. Semua yang haram tidak akan menjadi berkah baik di dunia dan akhirat kelak. Semoga para penipu ini dibukakan pintu hatinya untuk segera bertobat. Kembali ke jalan yang benar.
Penipuan lebih rentan terjadi pada toko yang baru dibuka. Cerita dari para tetangga toko juga bisa menjadi pelajaran agar kami lebih waspada. Misalnya, toko handphone sudah beberapa kali ditipu orang. Jumlahnya jelas tidak sedikit. Si Mbak Pemilik Toko Hp sempat tertekan dan ingin gulung tikar saja. Namun ibunya terus menyemangati hingga dia bisa bertahan sampai sekarang.
Semangat! Meski selalu dibayangi para penipu, usaha ini akan tetap kami pertahankan. Kami tidak takut, wahai penipu! Sekarang kami jadi lebih berhati-hati, terutama dalam menghadapi pembeli. Penipu selalu berkedok sebagai pembeli untuk melancarkan niat jahat mereka. Waspadalah! Waspadalah!!!
Hhhhhh... *ikutan menghela napas... duh pengalamannya bikin nyesek yah Mak. Dasar penipuuuhhh.....
ReplyDeleteUntungnya saya belum pernah ngalamin di tipu mak, tapi sudah pernah 2 x juga kecurian. Waktu itu malam2 saya lupa ngangkat uang dari laci, eh besok paginya semua sudah terbongkar habis. Cuma di sisain koin2 doang.
Eh, pernah juga deh kehilangan beberapa obat. Waktu itu ada yang nitip obat produk xxx gitu, harganya cukup mahal sekitar 100rban /btl. Tapi saya ambil sj karena kata mereka nanti laku baru bayar. Beberapa kali transaksi masih lancar. Trus suatu hari yg punya obat dtg dan nagih harga obatnya, eh saya baru sadar obat itu hilang dari etalase beberapa btl, pdhal blm ada yg beli. Tapi yg jual ngotot mesti di bayar. Lah, saya mau bayar gimana wong belum ada yg laku... terpaksa saya bayar saja.
Karena kesal saya kembalikan saja semua obat sisanya.
Lama2 saya baru sadar, kemungkinan dia sendiri yang ambil obat itu, karena memang dia tau letaknya dan gampang di jangkau dengan tangan tanpa perlu masuk ke areal penjualan apotek. Sedangkan waktu dia datang menagih itu saya sedang di belakang dan agak lama baru ke depan saat dia panggil2.
Dan produk obatnya itu belum terlalu terkenal dan baru saya tawarkan kalau ada yang mengeluh teentang penyakitnya.
#duh maaf mak jadi ikut2an curcol nih....
hadeuuhh Mak, ikut keki juga :(
DeleteKayaknya semua penipu tahuu aja barang mana yg mahal mana yg enggak. Penipu yang beli ga bayar jg gt, Mak, ngerti obat yg mahal (hampir semua yg diambil merk terkenal n harganya lumayan). Kayaknya memang sudah paham betul dan mungkin punya usaha yg sama, jualan obat.
Kalo yg titip jual di toko alhamdulillah ga ada yg aneh dan urusan lancar terus. Tapi ga semua permintaan titip sy penuhi, takut ga laku juga n menuh2in tempat, hehe
Duh, semoga kita dijauhkan dari para penipu ini, ya Mak
Kalau usaha sendiri memang banyak cobaannya ya Mak..yang sabar ya...Insyaallah Tuhan pasti ganti yang lebih besar rejekinya daripada yang hilang2 tadi..^^
ReplyDeleteAamiin...makasih doanya, Mak *peluk*
Deletesabaaar ya Maak... setiap cobaan ada hikmahnya. Ambil positifnya saja. Nice artikel :)
ReplyDeleteiya, Mak...terima kasih, ya :)
DeleteHmm... banyak juga ya modus penipuan kayak gitu, bener2 harus hati2... yg sabar ya Mak.. InsyaAllah diganti kok sama yg lebih bagus dan berkah.. amiiiin..
ReplyDeleteAamiin, terima kasih doanya, Mak Riski :)
DeleteIya, jadi pengalaman berharga untuk lebih berhati-hati lagi
Harus hati-hati dalam memilih Bisnis Online, harus cari referensi sebanyak-banyaknya biar gak salah pilih dan biar gak buntung, jangankan dapat penghasilan gede bonus dan fee lainnya, modalpun tidak kembali. Jika anda ingin kerja secara online silahkan kunjungi Lowongan Kerja Online Bukan Penipuan Membuka Pendaftaran
ReplyDeletefyuh..Alhamdulillah bisa tetep survive ya mak..semangat!!
ReplyDeleteAlhamdulillah...semoga bisa terus survive.
ReplyDeleteMakasih, Mak ^_^