Bahagia rasanya dikaruniai tiga anak laki-laki yang meramaikan kehidupan rumah tangga kami berdua. Suasana di rumah selalu meriah, bahkan cenderung berisik akibat ulah 3 boyz, yaitu Aa, Kk, dan Dd. Suara tawa, tangisan, dan teriakan heboh karena bertengkar adalah nyanyian indah yang selalu terdengar di telinga kami setiap hari. Kenakalan khas anak-anak. Ya, mereka semua masih kecil dan sedang dalam masa pertumbuhan. Masih sangat membutuhkan bimbingan dari Ibu dan Bapanya. 3 boyz kebanggaan kami saat ini masing-masing berusia 10 tahun, 6 tahun, dan si bungsu sebentar lagi berusia 3 tahun.
Saya dan Bapa telah menikah selama sebelas tahun. Ketika baru memiliki anak pertama, yaitu Aa, saya sempat merasa kewalahan. Saya baru merasakan sendiri bahwa mengurus anak laki-laki memerlukan energi lebih banyak. Kenapa? Anak laki-laki lebih aktif daripada anak perempuan. Mereka bergerak lebih lincah dan tenaganya lebih kuat. Saya memang belum pernah membandingkan langsung karena tidak punya anak perempuan. Saya hanya diceritakan oleh orangtua, mertua, saudara, dan orang-orang terdekat. Pernah beberapa kali saya sempat mengasuh anak perempuan dari saudara dan tetangga. Wah, saya benar-benar takjub! Betapa anteng dan kalemnya anak ini! Ck ck ck! Kok enggak kayak anak saya,ya?
Punya satu anak laki-laki saja saya sudah
repot. Saat Kk, anak kedua lahir, saya belum siap. Saya kewalahan menggurus dua anak laki-laki yang sangat lincah. Berat badan saya turun. Saya mudah capek. Puncaknya
adalah ketika saya sakit, kelelahan hingga kemudian terjatuh dan dirawat di
rumah sakit. Beruntung saat itu masih ada Mamah mertua (sekarang sudah
almarhum). Mamah merawat anak-anak (Kk masih bayi) selama saya
diopname. Cerita selengkapnya saya tulis di sini
Tahun berlalu. Saya mulai menyesuaikan diri
mengurus rumah sambil mengasuh dua anak. Saya dibantu oleh Mbak Titin sebagai
asisten rumah tangga (ART). Mbak Titin hanya beberapa jam saja membantu di rumah. Pekerjaannya
adalah mencuci, membereskan rumah, dan menyetrika pakaian. Memasak dan mengurus
anak tetap dikerjakan oleh saya sendiri, sedangkan dia hanya membantu
seperlunya.
Saya
dan Bapa kemudian pergi merantau ke Palangkaraya. Di sanalah Dd, anak ketiga kami
lahir. Kerepotan semakin terasa karena Kk belum siap menerima kehadiran
adiknya. Yah, ada yang bilang itu tipikal si bungsu teu jadi alias tidak
jadi anak bungsu, yaitu selalu cemburu dan mencari perhatian. Untunglah situasi ini tidak berlangsung lama. Kerepotan di
rumah juga berkurang berkat bantuan Mama Amat, warga setempat yg menjadi ART kami. Sama seperti
Mbak Titin, Mama Amat juga pulang setelah pekerjaannya selesai.
Situasi paling riweuh alias repot akhirnya kami alami juga. Bapa dipindah tugas ke Makassar. Kami kesulitan mencari ART. Saya dan Bapa terpaksa bergantian
mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Tugas Bapa adalah menyapu, mengepel, dan mencuci
baju sebelum pergi ke kantor. Saya mengerjakan sarapan, menjemur baju, belanja,
memasak, dan mencuci piring. Semua tugas saya kerjakan sambil mengurus Dd yang masih bayi
dan Kk yang masih balita di rumah. Sedangkan Aa pulang sekolah menjelang sore. Malam hari setelah
makan malam, Bapa menyetrika baju. Sebetulnya Bapa tidak perlu menyetrika. Jika sedang tidak lelah, saya menyetrika
saat anak-anak tidur siang. Tapi itu sangat jarang terjadi. Maafkan ya, suamiku
sayang….
Hidup berumah tangga tanpa ART justeru membuat saya dan Bapa menjadi semakin kompak. Sungguh beruntung saya diberikan jodoh pasangan
hidup yang begitu pengertian dan penyabar. Meski penat sepulang kerja, Bapa masih mau membantu tanpa mengeluh sedikit pun.
Jujur, kami berdua merasa sangat lelah karena tubuh ini seolah tidak berhenti bergerak dari pagi hingga malam, begitu seterusnya setiap hari. Namun cinta menjadi energi untuk kami tetap bertahan. Cinta terhadap pasangan. Cinta untuk 3 boyz. Cinta untuk keluarga ini. Menyemai cinta ternyata sanggup menghapus lelah. Saat lelah mendera, obat yang paling mujarab adalah menyaksikan tingkah laku anak-anak. Ajaib! Kepenatan seolah menguap hilang saat menyaksikan keceriaan 3 boyz. Subhanallah. Wajah-wajah mungil itu seolah tahu, kedua orangtuanya sangat mencintai mereka dan mencurahkan semua tenaga untuk merawat mereka. Kami kerap dikejutkan dengan sentuhan lembut, celoteh manja, pelukan erat. dan ciuman tulus. 3 boyz menunjukkan rasa cinta kepada kami dengan gaya khas anak-anak. Spontan, polos dan tanpa pamrih. Rasa lelah menjadi tidak penting lagi. Kebahagiaan mereka jauh lebih berharga. Aa, Kk, dan Dd adalah penyejuk batin bagi kami berdua. Alhamdulillah.
Jujur, kami berdua merasa sangat lelah karena tubuh ini seolah tidak berhenti bergerak dari pagi hingga malam, begitu seterusnya setiap hari. Namun cinta menjadi energi untuk kami tetap bertahan. Cinta terhadap pasangan. Cinta untuk 3 boyz. Cinta untuk keluarga ini. Menyemai cinta ternyata sanggup menghapus lelah. Saat lelah mendera, obat yang paling mujarab adalah menyaksikan tingkah laku anak-anak. Ajaib! Kepenatan seolah menguap hilang saat menyaksikan keceriaan 3 boyz. Subhanallah. Wajah-wajah mungil itu seolah tahu, kedua orangtuanya sangat mencintai mereka dan mencurahkan semua tenaga untuk merawat mereka. Kami kerap dikejutkan dengan sentuhan lembut, celoteh manja, pelukan erat. dan ciuman tulus. 3 boyz menunjukkan rasa cinta kepada kami dengan gaya khas anak-anak. Spontan, polos dan tanpa pamrih. Rasa lelah menjadi tidak penting lagi. Kebahagiaan mereka jauh lebih berharga. Aa, Kk, dan Dd adalah penyejuk batin bagi kami berdua. Alhamdulillah.
Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka
launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani
Bersyukur sekali mak Riana dikaruniai 3 jagoan yang sehat dan pintar. Segala kelelahan memang sirna begitu melihat anak-anak dengan segala tingkah polahnya.
ReplyDeleteTerima kasih partisipasinya, sudah tercatat sebagai peserta.
alhamdulillah, iya, Bunda Niken :)
DeleteTerima kasih sudah dicatat jadi peserta :)
Kayaknya emang bener beda rasanya momong anak cewek sama anak cowok. Sekarang saya baru tahu rasanya. :D Anak cowok beneran kagak mau diem. Manjat-manjat lah, ngeberantakin barang lah, buang-buang mainan kakaknya ke luar rumah lah.... O____Oa Kakak-kakaknya yang dua orang dan cewek semua, kadang juga sebel gitu jadinya. :D Semenjak punya anak cowok, saya nyerah dan pake ART walopun cuman bantu di pagi hari doang. ^_^
ReplyDeleteIya, ya, Mak Octa? :)
ReplyDeleteYah begitulah anak cowok, hihihi. Di rumahku skr Aa sdh jelang ABG, ga terlalu pecicilan lagi. Tinggal yg dua kadang ada yg lg manjat pintu, n yg kecil nangkring di teralis jendela :D
aku baru 1 anak laki-laki aja sudah repotnya minta ampun, Mak..
ReplyDeleteBegimana itu 3? hehe
Tapi yang namanya seorang Ibu, memang memiliki kekuatan yang luar biasa...
Tetap semangat, Mak ^^
Rasanya ya begitu deh, Mak...hihihi
DeleteIya, jadi ibu harus kuat demi anak-anaknya :')
Tengkiyu sudah ngasih semangat, Mak. Mari kita berjuang bersama ^_^
Emang yg namanya anak laki2,.gesit dan aktifnya luar biasa ya, Mak. Kebayang.deh repotnya dirimu, untungnya suami sigap membantu ya..,.dan memang begitulah.seharusnya seorg suami dan ayah yg baik. Salut.deh.
ReplyDeleteEh iya, sukses utk ngontesnya ya,.Mak. :)
Iya, Mak Alaika. Lumayan buat obat cepat kurus, hehe. Alhamdulillah ada suami, jadi saya ga kurus2 amat :D
ReplyDeleteMakasih, Mak :)
memang bener mbak, anak laki dan perempuan itu beda, laki lebih aktif, tapi beda sama keponakan saya, anak perempuan yang lebih aktif dari anak laki, hahha.,, saya aja kewalahan menjaganya
ReplyDeleteAda lho anak perempuan tetangga saya yang aktifnya seperti anak laki-laki. Usut punya usut, ternyata kedua orangtuanya pengen punya anak laki-laki. Mungkin keinginan itu terpendam pada si ibu saat hamil dan tertular ke sang jabang bayi. Ketika lahir perempuan, ya jadi lincah deh seperti anak laki-laki :D
Deletebahagianya pasti lebih besar dari pada capeknya. seneng ya lihat anak bisa tumbuh besar dalam pengawasan sendiri. moga 3boyz semakin gemilang...
ReplyDeleteIya, betul. Tiada yg lebih membahagiakan selain melihat mereka tumbuh besar.
DeleteAamiin....terima kasih untuk doanya, Om :)
rasa lelah terbayar kalo melihat keceriaan buah hati, ya, Mbak :)
ReplyDeleteIya betul, Mbak Myra :) Keceriaan anak-anak selalu bisa membuat kita bahagia dan lupa dengan rasa lelah :')
ReplyDeleteKebayang maak .. 3 anak laki wow ... :D
ReplyDeleteUSia anak2 kita nyaris sama. Sulungku laki 12 tahun, masuk SMP. Si tengah perempuan, masuk SD (6 thn 10 bulan). Si bungsu baru 3 tahun 10 bulan (laki) :)
Memang si tengah ini lebih anteng geraknya tapi gak gitu2 amat karena sukanya ngacak2. "Kelebihan" dia di verbal, ceriwisnya minta ampun. Tapi kalo dibanding saudara2nya, secara fisik saya tidak sepayah mengurus yang laki2 dalam mengurusnya :)
Hehehe...
DeleteIyah, anak2 kita nyaris seumuran. Bisa pas ya, tuaan dikit semua dari anak2 saya ^_^
Betul, Mak. Ponakan saya yang perempuan lebih anteng dibanding saudara laki2nya. Tapi dia paling bawel dan paaling centil :p
Kalo anak laki2 emang ga banyak bicara, lebih suka banyak aksi :D
Wuiiihhhhhh.... tulisan yang ini komenya lumayan buanyak ya teh :)) Alhamdulillah...
ReplyDeleteAh teteh, semakin membuatku iri untuk segera berumah tangga, hehehe...
Semoga langgeng sampai maut memisahkan ya, dan semoga menjadi jodoh lahir dan batin, aamiin ya Rabb...
**peyuuuukkkk teteh
Alhamdulillah, Irda :)
ReplyDeleteAamiin aamiin aamiin Ya Rabb... makasih yaa *pelukk*
Hayu atuh, Irda. Ditunggu kiriman undangannya, hehehe