Bulan ramadhan tahun ini merupakan bulan puasa paling sibuk bagi saya. Dengan kata lain: paling riweuh tentunya. Jadi, saya belum terbiasa. Mudah-mudahan jika tahun depan diberi kesempatan bertemu dengan bulan Ramadhan lagi, saya sudah lebih pandai mengatur waktu.
Sebenarnya, kesibukan saya ini belum seberapa dibandingkan kesibukan ibu-ibu lain di bulan puasa. Berpuasa sambil menyiapkan hidangan untuk sahur dan berbuka puasa, itu sudah pasti. Memperbanyak ibadah, sudah jelas. Tetap beraktivitas seperti biasa juga terus berjalan. Lantas, kenapa tahun ini jadi lebih sibuk? Saya ceritain satu-satu, ya. Mau nyimak enggak? *emak kegeeran*
Toko obat dan warung obat
Sejak berhenti merantau dan memutuskan pulang ke kampung halaman suami, kami berdua membuka usaha toko obat di depan komplek. Saya kemudian menunjuk Mbak Titin sebagai penjaga toko. Mbak Titin adalah asisten rumah tangga (ART) kami yang sudah lima tahun bekerja mengurus Eyang (ibu saya) selama kami merantau. Ceritanya naik pangkat,ya, Mbak.
Beberapa bulan kemudian, saya membuka warung obat di teras rumah. Sejak ada warung, saya hanya sesekali ikut menjaga toko. Saya rutin mengecek toko, menemui salesman, dan berbelanja stok obat yang habis. Tugas saya yang lain adalah mengantar pesanan obat tetangga yang saya terima via sms atau Whatsapp. Jika kebetulan pesanan obat tidak ada di warung, saya harus mengambil dulu ke toko. Fiuuh, capek ya, mau mengejar rupiah...
Persiapan masuk sekolah
Tahun ini anak kedua saya, Kk Rasyad masuk SD. Wah, senangnya! Tahun ajaran baru kali ini dimulai tepat pada bulan puasa. Meski sedang berpuasa, saya dan ibu-ibu lainnya tetap semangat mendampingi dan mengantar-jemput anak di hari awal masuk sekolah. Maklum, namanya juga anak baru lulus TK. Takut kaget dan belum siap. Eh, atau emaknya aja nih, yang merasa berat meninggalkan anaknya di sekolah? Hehehe.
Namanya sekolah baru, tentu banyak keperluan yang harus disiapkan. Adaaa saja selembar surat pemberitahuan agar murid membawa ini-itu ke sekolah. Mendadak hunting deh, demi melengkapi peralatan yang dibutuhkan. Tetap semangat! Semangkaa! Eh, semangmaak! Semangat Emaakk!!!
Anak-anak sakit
Pada suati malam, dua hari sebelum puasa, anak sulung saya, Aa Dilshad minta dibelikan sate padang yang lewat di depan rumah. Awalnya saya ragu. "Kita kan udah lama enggak makan sate padang, Bu.", Aa merajuk. Saya pun luluh dan membelikan seporsi sate padang seharga dua belas ribu rupiah. Sedikit curiga dengan warna kuah sate yang kemerahan, saya meminta Aa untuk tidak menghabiskannya. Sayang, Aa sangat menyukai sate padang yang menurut saya kurang enak itu dan menghabiskan kuahnya!
Keesokan harinya, Aa demam, sakit perut, mual, dan diare. Setelah dibawa ke dokter, ternyata Aa sakit gara-gara makan sate padang. Rupanya perut Aa tidak kuat makan pedas karena saat kondisi badan Aa sedang lelah sehabis main bola. Cukup lama juga menunggu perut Aa bisa pulih. Bahkan sampai ke dokter dua kali karena obatnya sudah habis dan perutnya masih sakit. Aa tidak bisa ikut berpuasa selama lima hari. Pada hari ke enam di bulan ramadhan yang bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah, Aa mencoba berpuasa setengah hari. Selanjutnya, Aa sudah bisa berpuasa penuh sampai hari ini. Alhamdulillah.
Ketika Aa sakit, secara bersamaan si bungsu Dd Irsyad badannya demam dan timbul bintik-bintik. Dokter menyatakan kalau Dd Irsyad alergi. Tapi penyebab alerginya belum diketahui. Untuk sementara Dd dijauhkan dari debu, bermain kotor-kotoran (padahal itu paling asyik ya), dan mandi menggunakan sabun khusus. Dd dilarang makan telur, ikan, dan ayam negri. Duh, padahal itu kan makanan kesukaan Dd semua. Karena ngambek banyak larangan, Dd memilih sendiri makan nasi putih saja. Maaf ya, Nak.
Kondisi alerginya timbul tenggelam. Saya juga bingung. Sudah ke dokter dua kali. Sembuh beberapa hari, dan saat ini kumat lagi. Untung tidak demam. Saya sedang mencoba menjauhkan Dd dari faktor pemicu alergi. Jika belum hilang juga, Dd harus dibawa ke dokter lagi.
Beberapa hari kemarin, ketika kondisi alergi Dd sudah membaik, Dd yang sudah kembali lincah ini terjatuh. Dd paling senang merentangkan kedua kakinya diantara tempat tidur dan lemari yang bercelah, berlagak jadi terowongan. Setiap melakukan aksi ini, saya selalu menasehatinya untuk berhati-hati. Kalau disuruh turun, biasanya dia suka marah. Tiba-tiba Dd kehilangan keseimbangan, dia jatuh telungkup. Bibirnya membentur lantai dan berdarah. Karena kesakitan, Dd menangis selama hampir setengah jam!
Hari berikutnya, Dd jadi malas makan. Bibirnya sakit. Kondisi semakin parah karena pipi bagian dalam tergigit ketika jatuh dan luka kecil sehingga menjadi sariawan. Dd mogok makan. Minum susu juga tidak mau. Hanya mau minum air putih sedikit. Keesokan harinya, Dd demam. Duh, saya bingung sekali membujuk Dd supaya mau makan. Selama sakit, Dd sangat rewel dan 'nemplok boy' terus dengan saya. Pelan-pelan saya alihkan dengan menonton tivi, mengajak bermain, dan hap! Saya beri sesuap kecil nasi putih kesukaannya. Berhasil! Begitu sadar sedang disuapi, Dd langsung melancarkan aksi GTM (gerakan tutup mulut). Namun, saya tidak mau menyerah. Ketika Dd sedang 'meleng', saya berusaha menjejalkan makanan apa saja agar perutnya tidak kosong. Alhamdulillah, lama-lama Dd mau makan dan kondisinya membaik.
Kk Rasyad belajar puasa
Sejak TK, Kk Rasyad sudah saya ajarkan berpuasa. Ikut bangun sahur jika mood-nya sedang bagus. Sebelum berangkat sekolah, Kk tetap sarapan pagi. Berpuasa di sekolah, pulangnya langsung makan siang seperti biasa. Karena sudah SD, saya ajak Kk berpuasa lebih serius lagi. Mulanya sulit, karena Kk anaknya suka ngemil dan tidak tahan lapar. Hari pertama belajar berpuasa setengah hari, Kk rupanya tidak kuat dan makan pangsit di dapur. Hihihi.
Aa Dilshad membantu saya dalam membimbing Kk Rasyad untuk ikut berpuasa. Melihat kakaknya memberi contoh, akhirnya Kk berhasil berpuasa setengah hari. Tidak disangka, keesokan harinya Kk berhasil berpuasa sehari penuh! Alhamdulillah, Meski sedikit rewel dan merengek lapar. Saya dan Aa terus menyemangati Kk, "Kalau batal, sayang. Tinggal satu jam lagi!" Sebagai penyemangat puasa, saya membuat tabel dan memberi hadiah bintang setiap kali Aa dan Kk berhasil berpuasa.
Dua hari berturut-turut Kk berhasil puasa penuh. Sayang, di hari kedua berpuasa, Kk agak batuk karena minum es. Besoknya, Kk demam. Kk tidak masuk sekolah, tidak berpuasa lagi, dan beristirahat di rumah. Hari ini Kk sudah masuk sekolah. Kk belum mulai puasa lagi. Tunggu badannya lebih segar lagi. Saya juga tidak mau memaksanya.
Mengurus Eyang
Ibu saya berusia 65 tahun. Badannya gemuk, mempunyai penyakit diabetes, dan beberapa penyakit komplikasi lainnya. Eyang sangat suka makan. Jangan suruh Eyang untuk berdiet , ya. Nanti beliau bisa marah.
Jika Eyang menginginkan atau memerintahkan sesuatu, maka itu harus segera dilaksanakan! Jadi, meski berpuasa, saya tetap rela capek-capek menuruti semua kemauan Eyang. Her wish is my command! Yang penting bagi saya adalah Eyang bahagia. Itu saja.
Pada suatu hari yang panas, Eyang minta dibelikan sirup diet Tropicana Slim dan beberapa bahan belanjaan lain. Saya segera mampir ke minimarket setelah menjemput Aa dari sekolah. Sampai di rumah, saya lupa membeli sirup! Duh, untung Eyang tidak marah. Eyang hanya berkata akan menyuruh Mbak Titin untuk membeli minuman serbuk J*sJus. Duh, minum yang begituan mah bahaya buat Eyang! Akhirnya, saya tancap gas kembali pergi ke minimarket terdekat. Sial, sirup dietnya tidak ada! Terpaksa saya membelikan sirup manis biasa. Yah, kepepet. Daripada Eyang minum minuman serbuk!
Bayangkan, betapa riweuhnya saya karena harus mondar-mandir mengurus tiga anak dan Eyang. Beruntung, saya tidak sendirian mengurus Eyang. Saya dibantu oleh Bibik, ART yang sudah ikut dengan kami selama dua tahun. Kami bagaikan tim yang kompak, saling bahu-membahu masalah pekerjaan rumah tangga dan mengurus Eyang. Meski menggaji ART, saya tetap menyapu, mengepel, dan membereskan rumah sendiri. Sesekali, jika sedang tidak lelah, saya mencuci baju di malam hari. Semua saya lakukan agar Bibik bisa lebih fokus mengurus Eyang di rumah sebelah.
Memasak lebih banyak lagi
Setiap hari saya dan Bibik selalu memasak dalam porsi banyak. Makan untuk kami sekeluarga yang berjumlah lima orang, ditambah Eyang dan Bibik. Mbak Titin juga mendapat jatah satu kali makan yang biasa dibawa ke toko. Sekarang, rumah kami memiliki anggota keluarga baru, yaitu keponakan suami, Enang, yang baru lulus SMK. Enang mengantar-jemput anak-anak ke sekolah dan mengantar saya jika ada keperluan di luar rumah. Alhamdulillah. Rame. Total jadi ada sembilan orang, ya. Lumayan nih, latihan masak banyak. Siapa tahu dengan keterampilan memasak porsi besar ini, saya bisa buka usaha katering kelak.
Pada bulan puasa ini, tentu semua ibu juga tahu dong, kalau di dapur jadi masak macam-macam dan bisa berkali-kali. Masak untuk sahur dan berbuka puasa menunya dibuat berbeda. Biar semangat puasanya. Iya kan? Anggaran belanja yang membengkak seiring dengan kenaikan harga tidak menyurutkan semangat memasak kita para emak untuk menyajikan yang terbaik bagi keluarga tercinta. Setuju maaakk??? *acungkan wajan mehong*
Membuat pesanan aksesoris handmade
Secara kecil-kecilan, saya membuat aksesoris handmade berupa bros, jepit, ikat rambut, bando, dan bandana. Saya melabeli dengan nama Inas craft. Belum digarap skala besar. Maklum, saya masih riweuh dengan urusan-urusan harian, hehe.Pesanan hanya dari tetangga, ibu-ibu di sekolah, serta teman-teman di Twitter dan Facebook.
Waktu membuat prakarya adalah ketika si bungsu sedang tidur. Bisa di siang hari, atau sengaja begadang demi menyelesaikan pesanan. Paling enak sih, mengerjakan di toko. Aman tanpa diganggu Dd, hehe. Tapi tetap saja saya tidak bisa berlama-lama nangkring di toko. Maklum, selalu ada telpon dari rumah, menyuruh saya untuk segera pulang.
Ibadahnya kapan?
Cuma segitu aja kesibukannya? Iya. Sedikit ya. Belum sehebat ibu-ibu lain yang masih sempat bikin kue untuk Lebaran. Bagi saya yang berbadan lemah sejak bayi ini, kesibukan yang tidak seberapa itu ternyata cukup menyita energi.
Tunggu dulu, masih ada kegiatan saya yang lain. Namanya bulan Ramadhan, bulan penuh hikmah dan berkah. Saat yang tepat untuk meningkatkan ibadah kita di bulan suci ini. Sayang, saya tidak bisa melakukan shalat tarawih di mesjid. Saya hanya shalat tarawih di rumah. Shalat tarawih di mesjid komplek kami bacaan suratnya panjang-panjang, Target sang Ustad, selama bulan puasa ini, dalam shalat tarawih akan tamat 30 juz. Meninggalkan anak-anak di rumah sampai pukul 9 malam belum sanggup saya lakukan. Maafkan hamba, ya Allah.
Tilawah ayat-ayat suci Al Quran biasanya saya lakukan selepas shalat subuh dan shalat maghrib. Menunggu situasi aman dulu. Jika di saat senggang Dd sedang tidak manja, saya bisa mengaji kapan saja. Kadang kalau saya mengaji, Dd suka 'ngerusuhin'. Al quran mau dicoret-coret oleh pensil yang saya pegang untuk membaca. Menarik-narik tangan saya, menyuruh berhenti mengaji. Itu godaan ya, namanya, hehe. Namun bisa juga Dd anteng dan duduk di pangkuan saya, Nah, gitu dong, sayang.
Duh, rasanya saya belum berbuat banyak pada bulan Ramadhan ini. Belum terbiasa mengatur waktu dan mengelola energi agar semua urusan menjadi lancar dan terkendali *halah bahasanya* Belum terlambat.Masih ada beberapa hari lagi. Yuk, tingkatkan ibadah kita!
Toko obat dan warung obat
Sejak berhenti merantau dan memutuskan pulang ke kampung halaman suami, kami berdua membuka usaha toko obat di depan komplek. Saya kemudian menunjuk Mbak Titin sebagai penjaga toko. Mbak Titin adalah asisten rumah tangga (ART) kami yang sudah lima tahun bekerja mengurus Eyang (ibu saya) selama kami merantau. Ceritanya naik pangkat,ya, Mbak.
Atas: toko obat (foto pada bulan September 2012) Bawah kiri: etalase dimasukkan ke dalam rumah. Model tidak dijual, hihi Bawah kiri: etalase obat di teras rumah |
Persiapan masuk sekolah
Tahun ini anak kedua saya, Kk Rasyad masuk SD. Wah, senangnya! Tahun ajaran baru kali ini dimulai tepat pada bulan puasa. Meski sedang berpuasa, saya dan ibu-ibu lainnya tetap semangat mendampingi dan mengantar-jemput anak di hari awal masuk sekolah. Maklum, namanya juga anak baru lulus TK. Takut kaget dan belum siap. Eh, atau emaknya aja nih, yang merasa berat meninggalkan anaknya di sekolah? Hehehe.
Hari pertama masuk sekolah. Ada acara pelepasan balon, lho! |
Anak-anak sakit
Pada suati malam, dua hari sebelum puasa, anak sulung saya, Aa Dilshad minta dibelikan sate padang yang lewat di depan rumah. Awalnya saya ragu. "Kita kan udah lama enggak makan sate padang, Bu.", Aa merajuk. Saya pun luluh dan membelikan seporsi sate padang seharga dua belas ribu rupiah. Sedikit curiga dengan warna kuah sate yang kemerahan, saya meminta Aa untuk tidak menghabiskannya. Sayang, Aa sangat menyukai sate padang yang menurut saya kurang enak itu dan menghabiskan kuahnya!
Keesokan harinya, Aa demam, sakit perut, mual, dan diare. Setelah dibawa ke dokter, ternyata Aa sakit gara-gara makan sate padang. Rupanya perut Aa tidak kuat makan pedas karena saat kondisi badan Aa sedang lelah sehabis main bola. Cukup lama juga menunggu perut Aa bisa pulih. Bahkan sampai ke dokter dua kali karena obatnya sudah habis dan perutnya masih sakit. Aa tidak bisa ikut berpuasa selama lima hari. Pada hari ke enam di bulan ramadhan yang bertepatan dengan hari pertama masuk sekolah, Aa mencoba berpuasa setengah hari. Selanjutnya, Aa sudah bisa berpuasa penuh sampai hari ini. Alhamdulillah.
Ketika Aa sakit, secara bersamaan si bungsu Dd Irsyad badannya demam dan timbul bintik-bintik. Dokter menyatakan kalau Dd Irsyad alergi. Tapi penyebab alerginya belum diketahui. Untuk sementara Dd dijauhkan dari debu, bermain kotor-kotoran (padahal itu paling asyik ya), dan mandi menggunakan sabun khusus. Dd dilarang makan telur, ikan, dan ayam negri. Duh, padahal itu kan makanan kesukaan Dd semua. Karena ngambek banyak larangan, Dd memilih sendiri makan nasi putih saja. Maaf ya, Nak.
Kondisi alerginya timbul tenggelam. Saya juga bingung. Sudah ke dokter dua kali. Sembuh beberapa hari, dan saat ini kumat lagi. Untung tidak demam. Saya sedang mencoba menjauhkan Dd dari faktor pemicu alergi. Jika belum hilang juga, Dd harus dibawa ke dokter lagi.
Pasien pasrah |
Hari berikutnya, Dd jadi malas makan. Bibirnya sakit. Kondisi semakin parah karena pipi bagian dalam tergigit ketika jatuh dan luka kecil sehingga menjadi sariawan. Dd mogok makan. Minum susu juga tidak mau. Hanya mau minum air putih sedikit. Keesokan harinya, Dd demam. Duh, saya bingung sekali membujuk Dd supaya mau makan. Selama sakit, Dd sangat rewel dan 'nemplok boy' terus dengan saya. Pelan-pelan saya alihkan dengan menonton tivi, mengajak bermain, dan hap! Saya beri sesuap kecil nasi putih kesukaannya. Berhasil! Begitu sadar sedang disuapi, Dd langsung melancarkan aksi GTM (gerakan tutup mulut). Namun, saya tidak mau menyerah. Ketika Dd sedang 'meleng', saya berusaha menjejalkan makanan apa saja agar perutnya tidak kosong. Alhamdulillah, lama-lama Dd mau makan dan kondisinya membaik.
Kk Rasyad belajar puasa
Sejak TK, Kk Rasyad sudah saya ajarkan berpuasa. Ikut bangun sahur jika mood-nya sedang bagus. Sebelum berangkat sekolah, Kk tetap sarapan pagi. Berpuasa di sekolah, pulangnya langsung makan siang seperti biasa. Karena sudah SD, saya ajak Kk berpuasa lebih serius lagi. Mulanya sulit, karena Kk anaknya suka ngemil dan tidak tahan lapar. Hari pertama belajar berpuasa setengah hari, Kk rupanya tidak kuat dan makan pangsit di dapur. Hihihi.
Aa Dilshad membantu saya dalam membimbing Kk Rasyad untuk ikut berpuasa. Melihat kakaknya memberi contoh, akhirnya Kk berhasil berpuasa setengah hari. Tidak disangka, keesokan harinya Kk berhasil berpuasa sehari penuh! Alhamdulillah, Meski sedikit rewel dan merengek lapar. Saya dan Aa terus menyemangati Kk, "Kalau batal, sayang. Tinggal satu jam lagi!" Sebagai penyemangat puasa, saya membuat tabel dan memberi hadiah bintang setiap kali Aa dan Kk berhasil berpuasa.
Tabel bintang |
Mengurus Eyang
Ibu saya berusia 65 tahun. Badannya gemuk, mempunyai penyakit diabetes, dan beberapa penyakit komplikasi lainnya. Eyang sangat suka makan. Jangan suruh Eyang untuk berdiet , ya. Nanti beliau bisa marah.
Jika Eyang menginginkan atau memerintahkan sesuatu, maka itu harus segera dilaksanakan! Jadi, meski berpuasa, saya tetap rela capek-capek menuruti semua kemauan Eyang. Her wish is my command! Yang penting bagi saya adalah Eyang bahagia. Itu saja.
My lovely Mom |
Bayangkan, betapa riweuhnya saya karena harus mondar-mandir mengurus tiga anak dan Eyang. Beruntung, saya tidak sendirian mengurus Eyang. Saya dibantu oleh Bibik, ART yang sudah ikut dengan kami selama dua tahun. Kami bagaikan tim yang kompak, saling bahu-membahu masalah pekerjaan rumah tangga dan mengurus Eyang. Meski menggaji ART, saya tetap menyapu, mengepel, dan membereskan rumah sendiri. Sesekali, jika sedang tidak lelah, saya mencuci baju di malam hari. Semua saya lakukan agar Bibik bisa lebih fokus mengurus Eyang di rumah sebelah.
Memasak lebih banyak lagi
Setiap hari saya dan Bibik selalu memasak dalam porsi banyak. Makan untuk kami sekeluarga yang berjumlah lima orang, ditambah Eyang dan Bibik. Mbak Titin juga mendapat jatah satu kali makan yang biasa dibawa ke toko. Sekarang, rumah kami memiliki anggota keluarga baru, yaitu keponakan suami, Enang, yang baru lulus SMK. Enang mengantar-jemput anak-anak ke sekolah dan mengantar saya jika ada keperluan di luar rumah. Alhamdulillah. Rame. Total jadi ada sembilan orang, ya. Lumayan nih, latihan masak banyak. Siapa tahu dengan keterampilan memasak porsi besar ini, saya bisa buka usaha katering kelak.
Pada bulan puasa ini, tentu semua ibu juga tahu dong, kalau di dapur jadi masak macam-macam dan bisa berkali-kali. Masak untuk sahur dan berbuka puasa menunya dibuat berbeda. Biar semangat puasanya. Iya kan? Anggaran belanja yang membengkak seiring dengan kenaikan harga tidak menyurutkan semangat memasak kita para emak untuk menyajikan yang terbaik bagi keluarga tercinta. Setuju maaakk??? *acungkan wajan mehong*
Membuat pesanan aksesoris handmade
Secara kecil-kecilan, saya membuat aksesoris handmade berupa bros, jepit, ikat rambut, bando, dan bandana. Saya melabeli dengan nama Inas craft. Belum digarap skala besar. Maklum, saya masih riweuh dengan urusan-urusan harian, hehe.Pesanan hanya dari tetangga, ibu-ibu di sekolah, serta teman-teman di Twitter dan Facebook.
Pesanan bros yang sedang saya kerjakan |
Ibadahnya kapan?
Cuma segitu aja kesibukannya? Iya. Sedikit ya. Belum sehebat ibu-ibu lain yang masih sempat bikin kue untuk Lebaran. Bagi saya yang berbadan lemah sejak bayi ini, kesibukan yang tidak seberapa itu ternyata cukup menyita energi.
Tunggu dulu, masih ada kegiatan saya yang lain. Namanya bulan Ramadhan, bulan penuh hikmah dan berkah. Saat yang tepat untuk meningkatkan ibadah kita di bulan suci ini. Sayang, saya tidak bisa melakukan shalat tarawih di mesjid. Saya hanya shalat tarawih di rumah. Shalat tarawih di mesjid komplek kami bacaan suratnya panjang-panjang, Target sang Ustad, selama bulan puasa ini, dalam shalat tarawih akan tamat 30 juz. Meninggalkan anak-anak di rumah sampai pukul 9 malam belum sanggup saya lakukan. Maafkan hamba, ya Allah.
Tilawah ayat-ayat suci Al Quran biasanya saya lakukan selepas shalat subuh dan shalat maghrib. Menunggu situasi aman dulu. Jika di saat senggang Dd sedang tidak manja, saya bisa mengaji kapan saja. Kadang kalau saya mengaji, Dd suka 'ngerusuhin'. Al quran mau dicoret-coret oleh pensil yang saya pegang untuk membaca. Menarik-narik tangan saya, menyuruh berhenti mengaji. Itu godaan ya, namanya, hehe. Namun bisa juga Dd anteng dan duduk di pangkuan saya, Nah, gitu dong, sayang.
Kk Rasyad sedang mengajar Dd Irsyad mengaji |
Duh, rasanya saya belum berbuat banyak pada bulan Ramadhan ini. Belum terbiasa mengatur waktu dan mengelola energi agar semua urusan menjadi lancar dan terkendali *halah bahasanya* Belum terlambat.Masih ada beberapa hari lagi. Yuk, tingkatkan ibadah kita!
Tulisa ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka Ramadhan Giveaway
dipersembahkan oleh Zaira Al Ameera, Thamrin City blok E7 No.23 Jakarta Pusat
SIbuknya ya Mak
ReplyDeleteSemoga selalu diberi kesehatan untuk semua anggota keluarga
Aamiin3
Aamiin...makasih, Mak Esti
ReplyDeleteDoa yang sama untuk Mak Esti dan keluarga :)
Ramadhan memang harus sibuk yaa... pahalanya berlipat ganda :-)
ReplyDeleteIya betul. Terima kasih sudah mampir, Mbak Leyla Hana :)
Deleteluar biasa mba bisa handle semua urusan gitu, semoga mendapatkan pahala yang berlimpah ya mba
ReplyDeleteAamiin. Aamiin. Aamiin.
ReplyDeleteTerima kasih, Mbak Uniek ^_^