Masih ingat cerita saya pindahan toko tempo hari? Mau tahu kelanjutannya setelah pindah posisi? Apakah tempatnya lebih menyenangkan dan -yang penting- lebih menguntungkan? Ternyata, setelah pindahan, saya langsung sibuk membenahi toko dan merasa senang sekali. Kenapa senang? Bukan karena omzet yang langsung meningkat, tapi juga ada ketenangan dan kepuasan batin. Alhamdulillah.
Posisi toko yang kurang menguntungkan
Waktu mengontrak di tempat yang lama, saya sudah merasa puas karena mendapatkan toko untuk dikontrakkan itu tidak mudah. Saya sudah hunting selama beberapa bulan dan tidak menemukan tempat yang cocok. Begitu ada yang sesuai, eeh jaraknya terlalu jauh dari rumah. Sedangkan di sekitar komplek hampir tidak ada tempat berjualan yang kosong. Penuh semua. Berkat bantuan tukang ojek langganan, saya mendapatkan tempat untuk membuka usaha toko obat. Kata Ibu Haji yang punya, saya datang hanya setengah jam setelah plang bertuliskan 'DIKONTRAKKAN' terpasang. Beruntung? Syukurlah, ini rejeki saya dan suami.
Waktu berjalan. Tenyata, membuka toko untuk pertama kali itu tidak mudah. Belum banyak orang yang tahu ada toko obat baru di dekat komplek. Wajar saja, namanya juga baru memulai usaha. Jangan berharap ujug-ujug langsung ramai pembeli. Bulan pertama kami lewati dengan sepi pembeli bahkan beberapa hari tidak ada pembeli sama sekali. Sabar sabar sabar...
Waktu terus berjalan. Setahun berlalu dan belum ada perkembangan yang menggembirakan dari toko obat kami. Apa yang salah? Bukankah lokasinya sudah lumayan strategis, dekat komplek perumahan dan di pinggir jalan raya? Ternyata, bukan lokasi saja yang menentukan banyak tidaknya pembeli. Ada satu hal lagi yang tidak kalah penting: posisi toko.
Jika diamati, posisi toko kami memang kurang menguntungkan. Kurang hoki, gitu. Kebetulan toko kami bersebelahan dengan sebuah toko kulakan yang posisi temboknya lebih maju dan menghalangi toko kami. Jadi, orang yang lewat tidak akan menyadari ada sebuah toko obat nyempil di situ. Yah nasib...
Warung obat dan delivery obat
Lantas, apa saya diam saja meratapi nasib? Harus bagaimana? Pasang neon box menyala? Ikut-ikutan memajukan tembok? Semua perlu modal besar. Untuk mengejar omzet (omzet kok dikejar), saya memutuskan membuka warung obat di rumah. Ditambah jasa delivery obat via sms untuk para tetangga. Hasilnya? Lumayan untuk menutupi biaya operasional toko.
Saya sadar betul, saya harus memindahkan toko kami. Tapi ke mana? Dapat tempat ini saja sudah susahnya bukan main. Saya juga tidak mau terlalu jauh dari rumah. Ada tempat yang jadi incaran saya sejak lama. Alhamdulillah, rupanya saya berjodoh dengan tempat tersebut. Dengan perjuangan dan 'sikut' sana sini orang-orang yang ingin mengontrak toko (lebay ah), akhirnya saya bisa mendapatkan tempat baru untuk toko kami.
Punya meja di toko
Setelah pindah, banyak yang harus dibenahi. Saya menambahkan meja kerja kecil dan kursi dari kayu. Padahal di rumah sendiri saja kami hanya punya meja makan dan meja belajar, hehe. Lumayan, jadi nggak pegel lagi kalau saya numpang ngetik di toko. Tidak perlu lagi ngebajak laci kontainer untuk dijadikan meja.
Showcase minuman di toko
Sebagai pelengkap suasana *halah* saya menambahkan sebuah kulkas show case yang sudah lama saya idam-idamkan untuk ditaruh di toko. Waktu beli show case ini, saya sempat sport jantung. Gimana nggak deg-degan, show case ini diantar ke toko pakai motor! Di toko perabotan yang sama, saya pernah beli mesin cuci satu tabung dan diantar pakai motor. Tapi showcase yang ada kacanya? Duh, hati-hati bawanya, Bang!
Sampai di toko dengan selamat *alhamdulillah* show case ini tidak boleh langsung dipakai. Sama seperti jika kita baru membeli kulkas atau baru menurunkan kulkas dari mobil (jika pindahan rumah), kulkas atau show case perlu diistirahatkan dulu. Jangan langsung disambungkan ke aliran listrik saat kulkas baru sampai ke rumah. Kenapa? Mesin kecil yang ada di belakang kulkas ini saat dibawa di perjalanan dalam keadaaan terguncang-guncang. Agar kinerjanya stabil dan tidak bermasalah, mesin ini perlu didiamkan dulu. Berapa lama? Beberapa jam juga cukup. Tapi saya lebih sering membiarkannya belum menyala selama semalaman. Biar lebih ok, gitu.
Begitu tiba dan nampang di toko, showcase kosong (karena belum bisa dinyalakan) ini langsung dapat sambutan hangat dari para pembeli. "Kapan diisinya, Bu?" atau "Kok kosong?" Wah, sabar ya, besok baru bisa dinyalain. Saya juga belum sempat beli isinya, hehe.
Keesokan harinya, saya mengisi show case dengan beberapa minuman ringan. Sesuai rikues tetangga toko yang minta minuman murah, saya isi dengan minuman dalam gelas plastik dulu. Siang hari saya bawa Kk dan Dd ke toko. Waah, boyz langsung girang lihat ada kulkas di toko! Langsung deh, nyomot yang ada di dalamnya. Selanjutnya, setiap saya ajak boyz ke toko, habis pintu roling door dibuka, mereka langsung menyerbu show case, hihihi *minum dagangan sendiri*
Etalase dan keamanan toko
Langkah selanjutnya, saya ingin membenahi tata letak etalase di toko. Atas saran tetangga yang mempunyai usaha toko listrik, etalase sebaiknya menutupi bagian depan toko. Gunanya untuk keamanan dari pembeli yang berniat jahat. Memang ada pembeli yang jahat? Tentu saja ada. Pencuri dan penipu yang menyamar jadi pembeli sudah pernah terjadi di toko kami.Cerita tentang penipu bisa dibaca di sini. Tentang pencuri, kapan-kapan saja saya ceritain, ya. Soalnya rada peurih nih, kalau ingat toko kami yang pernah kemalingan itu :'(
Masalah keamanan toko, saya bersyukur dapat tempat yang lebih aman dari sebelumnya. Di toko lama, folding door tidak berfungsi dengan baik. Saya sudah minta pintu diperbaiki, namun tidak ada tanggapan dari pemilik toko. Alasannya, orang yang bikin pintu sudah sulit dihubungi. Padahal saya tahu, biaya memperbaiki pintu toko pasti tidak murah. Jadi, saya hanya pasrahkan pintu toko pada rantai dan tiga buah gembok saja. Tanpa kunci pintu. Akibatnya, toko bisa dibobol maling dengan mudah.
Pasca kemalingan, saya mengganti semua gembok dengan gembok-gembok mahal yang salah satunya ada fungsi alarmnya. Toko memang aman dan tidak kemalingan lagi. Tapi tetap saja saya selalu deg-degan dan tidak tenang. Setelah pindah, saya jadi nggak deg-degan lagi. Toko sekarang punya pintu yang bisa dikunci! Yess! Legaaa....
Kelihatan kelihatan!
"Kemarin saya lewat toko Ibu. Sekarang pindah ya?" kata seorang ibu tetangga saya suatu hari. Agak surprise juga. Maklum, selama nangkring di lokasi lama, nggak ada yang percaya kalau saya buka toko obat. Komentar paling umum adalah, "Tokonya di mana?" Sedih juga. Begitulah, saking nggak kelihatannya toko saya :(
"Iya, Bu. Pindah ke sebelah sinian jadinya." jawab saya. Iseng dan ingin tahu apakah toko saya yang sekarang jadi beneran kelihatan, saya bertanya pada ibu itu lagi, "Memangnya waktu ibu lewat, saya lagi ngapain?"
Tertawa dengar pertanyaan saya yang mungkin kedengaran aneh, ibu itu menjawab, "Ibu lagi duduk." Waah bukan main senangnya saya! Bahkan saya lagi duduk pun kelihatan dari pinggir jalan! Wow! Dulu toko saya sangat tersembunyi sampai-sampai penjaga tokonya seolah sedang berada di dalam gua, haha!
Lapak baru semangat baru
Nah, dengan berbagai kondisi tadi, saya jadi bersemangat jaga toko. Posisi yang kini terlihat tentu mengundang lebih banyak pembeli. Repotnya, saya jadi bolak-balik belanja untuk menuhin stok obat yang tersedia. Biar ngga riweuh bolak-balik belanja, enaknya sih pesan saja sama salesman. Apa daya, salesman yang datang ke toko saya baru sedikit. Tidak apa, nanti lama-lama juga banyak yang datang.
Jadi, saya harus lebih rajin lagi jaga toko supaya pembeli tidak 'lewat' dan bisa 'menjaring' salesman datang ke toko. Tentunya, supaya omzet bertambah dong. Hehe. Untunglah saya tidak sendirian saat menjaga toko. Si mbak mantan asisten di rumah yang saya naikkan pangkatnya jadi penjaga toko, kini sudah dua tahun lebih ikut membantu saya di toko obat. Saya bisa aplusan jaga toko untuk pulang ke rumah dan mengurus anak-anak. Rumah keurus dan toko jalan terus.
Doakan saya yaa ^_^
Waktu berjalan. Tenyata, membuka toko untuk pertama kali itu tidak mudah. Belum banyak orang yang tahu ada toko obat baru di dekat komplek. Wajar saja, namanya juga baru memulai usaha. Jangan berharap ujug-ujug langsung ramai pembeli. Bulan pertama kami lewati dengan sepi pembeli bahkan beberapa hari tidak ada pembeli sama sekali. Sabar sabar sabar...
Waktu terus berjalan. Setahun berlalu dan belum ada perkembangan yang menggembirakan dari toko obat kami. Apa yang salah? Bukankah lokasinya sudah lumayan strategis, dekat komplek perumahan dan di pinggir jalan raya? Ternyata, bukan lokasi saja yang menentukan banyak tidaknya pembeli. Ada satu hal lagi yang tidak kalah penting: posisi toko.
Jika diamati, posisi toko kami memang kurang menguntungkan. Kurang hoki, gitu. Kebetulan toko kami bersebelahan dengan sebuah toko kulakan yang posisi temboknya lebih maju dan menghalangi toko kami. Jadi, orang yang lewat tidak akan menyadari ada sebuah toko obat nyempil di situ. Yah nasib...
Warung obat dan delivery obat
Lantas, apa saya diam saja meratapi nasib? Harus bagaimana? Pasang neon box menyala? Ikut-ikutan memajukan tembok? Semua perlu modal besar. Untuk mengejar omzet (omzet kok dikejar), saya memutuskan membuka warung obat di rumah. Ditambah jasa delivery obat via sms untuk para tetangga. Hasilnya? Lumayan untuk menutupi biaya operasional toko.
Dd dan etalase warung yang bisa di taruh di teras rumah |
Punya meja di toko
Laci kontainer yang dibalik sebagai meja |
Senengnya Kk dan Dd nangkring di meja baru |
Sebagai pelengkap suasana *halah* saya menambahkan sebuah kulkas show case yang sudah lama saya idam-idamkan untuk ditaruh di toko. Waktu beli show case ini, saya sempat sport jantung. Gimana nggak deg-degan, show case ini diantar ke toko pakai motor! Di toko perabotan yang sama, saya pernah beli mesin cuci satu tabung dan diantar pakai motor. Tapi showcase yang ada kacanya? Duh, hati-hati bawanya, Bang!
Jagoan bener, show case naik motor! |
Begitu tiba dan nampang di toko, showcase kosong (karena belum bisa dinyalakan) ini langsung dapat sambutan hangat dari para pembeli. "Kapan diisinya, Bu?" atau "Kok kosong?" Wah, sabar ya, besok baru bisa dinyalain. Saya juga belum sempat beli isinya, hehe.
Showcase sebelum dan sesudah diisi minuman |
Etalase dan keamanan toko
Langkah selanjutnya, saya ingin membenahi tata letak etalase di toko. Atas saran tetangga yang mempunyai usaha toko listrik, etalase sebaiknya menutupi bagian depan toko. Gunanya untuk keamanan dari pembeli yang berniat jahat. Memang ada pembeli yang jahat? Tentu saja ada. Pencuri dan penipu yang menyamar jadi pembeli sudah pernah terjadi di toko kami.Cerita tentang penipu bisa dibaca di sini. Tentang pencuri, kapan-kapan saja saya ceritain, ya. Soalnya rada peurih nih, kalau ingat toko kami yang pernah kemalingan itu :'(
Masalah keamanan toko, saya bersyukur dapat tempat yang lebih aman dari sebelumnya. Di toko lama, folding door tidak berfungsi dengan baik. Saya sudah minta pintu diperbaiki, namun tidak ada tanggapan dari pemilik toko. Alasannya, orang yang bikin pintu sudah sulit dihubungi. Padahal saya tahu, biaya memperbaiki pintu toko pasti tidak murah. Jadi, saya hanya pasrahkan pintu toko pada rantai dan tiga buah gembok saja. Tanpa kunci pintu. Akibatnya, toko bisa dibobol maling dengan mudah.
Pasca kemalingan, saya mengganti semua gembok dengan gembok-gembok mahal yang salah satunya ada fungsi alarmnya. Toko memang aman dan tidak kemalingan lagi. Tapi tetap saja saya selalu deg-degan dan tidak tenang. Setelah pindah, saya jadi nggak deg-degan lagi. Toko sekarang punya pintu yang bisa dikunci! Yess! Legaaa....
Kelihatan kelihatan!
"Kemarin saya lewat toko Ibu. Sekarang pindah ya?" kata seorang ibu tetangga saya suatu hari. Agak surprise juga. Maklum, selama nangkring di lokasi lama, nggak ada yang percaya kalau saya buka toko obat. Komentar paling umum adalah, "Tokonya di mana?" Sedih juga. Begitulah, saking nggak kelihatannya toko saya :(
"Iya, Bu. Pindah ke sebelah sinian jadinya." jawab saya. Iseng dan ingin tahu apakah toko saya yang sekarang jadi beneran kelihatan, saya bertanya pada ibu itu lagi, "Memangnya waktu ibu lewat, saya lagi ngapain?"
Tertawa dengar pertanyaan saya yang mungkin kedengaran aneh, ibu itu menjawab, "Ibu lagi duduk." Waah bukan main senangnya saya! Bahkan saya lagi duduk pun kelihatan dari pinggir jalan! Wow! Dulu toko saya sangat tersembunyi sampai-sampai penjaga tokonya seolah sedang berada di dalam gua, haha!
Lapak baru semangat baru
Nah, dengan berbagai kondisi tadi, saya jadi bersemangat jaga toko. Posisi yang kini terlihat tentu mengundang lebih banyak pembeli. Repotnya, saya jadi bolak-balik belanja untuk menuhin stok obat yang tersedia. Biar ngga riweuh bolak-balik belanja, enaknya sih pesan saja sama salesman. Apa daya, salesman yang datang ke toko saya baru sedikit. Tidak apa, nanti lama-lama juga banyak yang datang.
Jadi, saya harus lebih rajin lagi jaga toko supaya pembeli tidak 'lewat' dan bisa 'menjaring' salesman datang ke toko. Tentunya, supaya omzet bertambah dong. Hehe. Untunglah saya tidak sendirian saat menjaga toko. Si mbak mantan asisten di rumah yang saya naikkan pangkatnya jadi penjaga toko, kini sudah dua tahun lebih ikut membantu saya di toko obat. Saya bisa aplusan jaga toko untuk pulang ke rumah dan mengurus anak-anak. Rumah keurus dan toko jalan terus.
Doakan saya yaa ^_^
uwaaaa,,senengnya,semoga semakin bertabur keberkahan ya mbk^^
ReplyDeletewaahh,,udh terlihat ya sekarang mba,,smoga makin laris ya tokonya mba,, :)
ReplyDeletealhamdulillah.. ikut seneng mak bacanya :)
ReplyDeleteWah cerita yang sangat menginspirasi buat saya yang sudah 12 tahun bekerja sebagai karyawan. Ingin rasanya untuk MANDIRI dan membuka usaha sendiri kelak Bosan (juga) jadi Wartawan
ReplyDeleteJadi ikut seneng mak, (jadi inget dulu waktu jaga toko obat jg) :D
ReplyDeleteSaya do'ain mak, usaha nya lancar, laris maniiiiis :D
lokasi usaha emang sangat penting ya mak.... sebenernya bukan percaya feng sui, tapi kalo di kaji secara ilmiah juga emang banyak benarnya,, salon saya menghadap ke timur...kata orang posisi yang bagus...saya juga sebenarnya ga tau....kebetulan saja dapat tempat ini...
ReplyDeleteTante Inaaa, hebaat...semoga kami dapat "meneladani" semngat Tante Ina dan om Dadang yaaa...
ReplyDeleteAiiih terharu banget aku bacanya mak. Dirimu tahan banting sekali, cocok buka usaha, selalu punya ide2 dikala sulit. Pengusaha memang gak ada matinya mak. Jatuh seribu kali, bangun 1001 kali. Jadi pengin meluk. Aku juga keingat showcase-ku dulu. Dulu punya wartel & toko kelontong mungil. Sekarang semua sudah almarhum, tersisa showcase aja, aku titipkan mertua. Kalau sudah pernah punya toko itu, suka kangen kesibukannya. Online shop itu meskipun sibuk juga tapi gak pernah ketemu orang :D
ReplyDeleteWah cerita dalam artikel ini serasa menyetrum semangat mak...huebat salut deh sama perjuanganmu merintis usaha. Semoga terus sukses ya :) Salam untuk keluarga kecil bahagia.
ReplyDeleteMoga laris ya mak di toko baruuu
ReplyDeleteamin. semoga sukses :-)
ReplyDeleteselamat mak riana...mak riana apotekerkah?
ReplyDeletejadi ikut semangaaat ihh mak baca ceritanyaa..
ReplyDeletesmogaa sukses yaa mak tko Obatnyaa :D
Alhamdulillah, terima kasih untuk semua doa dan dukungan semangatnya. Aamiin aamiin aamiin ya rabbal alamiin.
ReplyDeleteMohon maaf saya tidak bisa balas satu-satu karena jaringan yang kurang bersahabat kalau cuaca mendung :(
Semoga ibu-ibu, mbak2, dan bapak2 semua dilimpahi keberkahan dan kesehatan, aamiin.
Auuuwww....senengnya punya lapak sendiri...bisa kerja dari rumah plus bisa maen sama anak2...
ReplyDeleteSukses dengan lapak barunya ya Mak..
Alhamdulillah, senangnya...ikut bahagia mak, smg ditempat yg baru tokonya semakin rame ya :)
ReplyDeleteAamiin...terima kasih buat doanya, Mak Lies dan Mak Irma ^_^
ReplyDeleteSemoga membawa berkah
ReplyDelete