Status Facebook? Jujur saja, saya jarang bikin status di Facebook sejak pulang ke kampung halaman dan berhenti merantau. Sebab utamanya adalah sejak mengenal blog, saya lebih suka menuliskannya di blog daripada membuat status dan kemudian tenggalam di linimasa. Isi status saya dalam dua tahun terakhir lebih banyak berisi link postingan blog dan foto-foto saja.
Lantas, kenapa dulu bisa rajin bikin status di Facebook? Dulu saya masih merantau. Juga masih kangen-kangenan dengan saudara dan kerabat yang tinggal jauh. Tujuan saya membuat status juga untuk berbagi kabar tentang keluarga saya di tanah rantau. Senang rasanya sudah berbagi tentang banyak hal unik yang terdapat di sekitar tempat saya tinggal.
Demi untuk meramaikan hajatan giveaway sehari dari Pakdhe Cholik, yang meminta kit auntuk menulis dua status Facebook, saya mengubek-ubek status Facebook diri sendiri hari ini. Kok dua sih, Pakdhe? Saya bingung mau pilih yang mana, hehe. Akhirnya, saya pilih dua status lama saya di Facebook berikut ini:
8 November 2009 :
"Jajan pentol (baso dicolok di pinggir jln. rpanya paman (sebutan u mamang) pentolnya dah mo plng n kompornya dimatiin..
Ibu: ih, ga enak ya a, pentolnya dingin
Aa dilshad: ibu, ibu jng bilang ga enak, kan kasian paman pentolnya. Paman pentolnya kan sedang mencari nafkah..
Ibu: :) "
Status ini saya buat saat kami tinggal di Palangkaraya. Jajanan yang lewat di depan rumah dan menjadi favorit kami adalah pentol alias bakso. Tidak seenak bakso yang ada di pulau Jawa, sih. Tapi lumayan lah, daripada nggak ada jajanan sama sekali, ya nggak?
Suatu sore, saat saya sedang menikmati semilir angin sore bersama Aa Dilshad dan Kk Rasyad (Dd Irsyad belum lahir), kami mencegat Mamang pentol yang lewat. Ternyata, kompor minyak di sepeda Mamang pentol sudah dimatikan karena beliau akan pulang. Akibatnya, pentol di panci si Mamang ya kurang panas alias agak dingin. Makan pentol dingin rasanya kurang enak. Saat itulah saya mengeluh kepada Aa. Eeh... tidak disangka, Aa bakal menjawab seperti itu. Aih, jadi antara terharu sekaligus malu ditegur sama anak sendiri.
Balasan komentar yang saya screen shoot adalah dari Rima Sukmariah, adik kelas saya waktu kuliah dulu. Rima yang biasa saya panggil Lia berkomentar:
"Waah...subhanallah...kadang teguran buat kita suka terselip diantara ucapan buah hati kita ya..."
Subhanallah, alhamdulillah. Betul sekali apa yang dikatakan Rima itu. Ah rasanya saya bahagia sekali punya Aa Dilshad yang cerdas juga kritis.
11 Desember 2011 :
"Just me n 3 boyz di bandara sultan hasanuddin...ber4 have fun di ruang tunggu...mudah2an lancar di jalan...bismillah..."
Status ini saya tulis saat saya sedang di Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Saya sedang bersama ketiga anak saya: Aa Dilshad (9 tahun), Kk Rasyad (4,5 tahun), dan Dd Isryad (1,5 tahun). Kami akan berangkat ke Jakarta dan melanjutkan perjalanan ke Bogor, ke kampung halaman suami.
Komentar yang datang kebanyakan bingung, kenapa saya sudah pindah lagi? Seperti komentar teman kantor Bapa di Palangkaraya, Mbak Mamiek: "koq uh pndh lg bu, kn blm 1th. Bapa ga ikut pndah?"
Betul, kami memang belum satu tahun tinggal di Makassar. Baru 8 bulan, tepatnya. Keputusan pindah ini hanya berlaku untuk saya dan anak-anak saja. Saya dan 3boyz berpisah dengan Bapa di pintu bandara. Bapa tetap bekerja di Makassar. Jangan tanya bagaimana perasaan saya saat itu. Sedih bukan kepalang karena harus hidup berpisah dengan suami tercinta. Usai menulis status ini, saya bolak-balik berlinang air mata. Namun saya buru-buru menghapusnya karena tidak mau terlihat oleh 3boyz. Saya tidak mau mereka ikut bersedih. Mereka kelihatan bersemangat karena mau naik pesawat.
Yah, begitulah. Hanya saya dan 3boyz saja. Di ruang tunggu bandara, tempat saya menulis status tersebut sambil menunggu untuk naik pesawat, para bocah ini anteng bermain sambil saya suapi sarapan. Sarapan? Ya, saat itu hari masih sangat pagi, bahkan matahari belum terbit.
Dalam perjalanan ini, hanya saya seorang dewasa dengan tiga bocah kecil. Bisa dibayangkan bagaimana riweuhnya saya, haha. Bukan emak riweuh namanya kalau tidak bisa meng-handle situasi. Saya menggendong Dd Irsyad dan membawa tas koper. Aa dan Kk membawa tas sendiri berisi buku, mainan, dan makanan kesukaan mereka masing-masing. Aa sebagai anak paling besar juga saya meinta untuk selalu menuntun adiknya saat berjalan.
Alhamdulillah, perjalanan kami berlangsung lancar dan 3boyz tidak rewel. Begitu sampai di Bandara Soekarno Hata, sudah ada keponakan yang menjemput kami untuk menemani naik bis dan angkot menuju rumah di Bogor.
Menyongsong masa depan. Dd Irsyad dan atahari terbit di Bandara Sultan Hasanudiin |
Duh, gara-gara ngubek status Facebook, saya jadi membaca semua status saya di masa lalu *haish* Ternyata, status saya itu penuh petualangan ya, hehe. Akibatnya, saya jadi berkaca-kaca lalu menangis terharu membaca perjalanan hidup saya saat merantau dulu. Hayoo... tanggung jawab ya, Pakdhe... sudah bikin saya menangis :D
Artikel ini diikutsertakan dalam
Giveaway Blogger Dengan Dua Status
di Blogcamp
Terima kasih atas partisipasi sahabat
ReplyDeleteSegera didaftar
Keep blogging
Salam hangat dari Surabaya
Makasih Pakdhe ^_^
DeleteDan semua status itu kenangan indah ya mba... ;")
ReplyDeleteSelamat bernostalgia :* moga menang
Betul..jd bisa bernostalgia jg :')
DeleteTengkiyu mamah raffi ^_^
Ya Allah kebayang aja jagain 3boys sambil nenteng koper.. Super super riweuh pasti :-P
ReplyDeletesbenernya aku gendong bayi sambil nenteng tas tangan trus satu tas yg guuede isi makanan dd, susu, popok, baju ganti dll. Di bagasi pesawat ada koper gede satu. jadi abis ambil barang ya kudu pake troli, hehe
Deletebener2 triple riweuh nih... :)
ReplyDeleteahaha tripel ya mak :D
Deletebtw nama emakriweuh ini ketemu setelah boyz yg keberapa mak...hihihi...
ReplyDeletetentu saja setelah anak yg ketiga, mak. krna saya jd makin riweuh, hehe
Deletesama mba.. aku juga udah jarang apdet fesbuk. isinya link postingan blog semua..hihihi..
ReplyDeletebtw, cilok itu emang makanan segala usia ya mba:D
iyah diriku pun demikian akhir2 inih :D
Deletebetul, cilok kesukaan siapa saja. oia, bakso colok yg disebut pentol di Palangkaraya itu ga sama kayak cilok di sini. Tetap seperti bakso, cm campuran dagingnya dikit :p
itu foto aa dilsyad waktu kecil keren banget sih mak, menyongsong masa depan :D
ReplyDeleteStatus facebook saya juga banyak yang nggak banget :D
ReplyDeletekadang kalau baca lagi, suka malu sendiri.
Aa dilshad: ibu, ibu jng bilang ga enak, kan kasian paman pentolnya. Paman pentolnya kan sedang mencari nafkah..
ReplyDeletecerdas sekali cara berpikir nya mbak :-)
salam
Gegara ngubek2 FB jadi terkenang kejadian2 yang telah lalu ya Mak.. :)
ReplyDelete