As I said before, bahagia adalah kunci dari awet muda. Masih inget postingan 5 Simple Tips for Healthier Life? Ketika ditanya apa rahasia saya nggak kelihatan seperti berumur 40 tahun, saya menjawab: bahagia. Uhuk, jangan muntah kalo ada yang muji saya begitu ya, hihihi.
Bahagia itu penting. Cita-cita saya waktu kecil dulu malah bukan pengen jadi insinyur atau dokter gigi. Tapi pengen bahagia, sesederhana itu namun butuh perjuangan panjang untuk mencapainya.
Bahagia akan terasa begitu berharga setelah kita melewati ujian untuk mencapainya. Itu yang terjadi pada saya. Setelah ujian berat nan panjang yang bikin saya depresi berat, saya bisa bahagia dan hidup tenang bersama keluarga kecil saya. Berkah yang luar biasa, masya Allah... sujud syukur tiada henti atas karunia ini. Alhamdulillah, terima kasih Ya Allah.
Karena baru lolos ujian itulah, saya jadi terkesan lebay. Hal kecil sudah bikin saya berbunga-bunga. Berikut 5 kebahagiaan sederhana ala saya:
1. Ketuwelan berlima
Kapan pun, di mana pun. Saat sedang qulity time barens suami dan tiga anak, saya merasa bahagia. Punya keluarga. Suami yang sabar dan baik hati. Anak-anak laki-laki yang normal, manis, dan cerdas. Itu udah lebih dari cukup.
2. Rumah yang tenang
Home sweet home. Akhirnya kesampean juga punya perasaan bisa betah di rumah. Waktu kecil saya mah bawaannya pengen kabur-kaburan aja, hehe. Bahagia sekarang bisa tinggal di rumah yang tenang. Sempat juga dulu saya ingin melarikan diri ketika ada yang mengusik ketenangan rumah ini. Untunglah, badai sudah berlalu. Jantung saya nggak deg-degan lagi. Itu yang membuat setiap detik ketenangan di rumah begitu berharga.
3. Bersepeda pagi
Bersepeda pagi rutin saya lakukan setiap pagi untuk belanja sayur. Udara pagi seolah menyambut kebebasan saya. Iya, saya bebas!!! Mau belanja apa aja, mau masak apa aja... terserah saya dong! Dan semuanya itu dilahap tanpa protes oleh suami dan anak-anak, hihihi.
4. Masak sesuka hati
Masih sama dengan bersepeda pagi. Sekarang, saya mau masak apa saja nggak ada yang demo. Malah kalau nggak masak juga nggak jadi keributan. Nggak pusing mikirin porsi yang selalu kurang. Semua yang saya masak pas untuk sekeluarga. Baik dari segi rasa maupun porsinya.
5. Bepergian tanpa panik
Akhirnya, saya bisa seperti keluarga normal lainnya. Bisa bepergian bareng keluarga dengan tenang tanpa panik. Panik karena di-deadline. Panik karena never ending drama sebelum dan setelah pulang. Sekarang, ngga ada lagi. Senangnya...
Iya, sesederhana itu aja bahagia saya. Buat yang bingung kenapa kok bisa begitu. Silakan baca curhat galau saya tentang ujian yang saya hadapi selama bertahun-tahun di blog ini, hehehe.
Sampai jumpa lagi.
Karena ini hari Minggu, saya lagi jalan-jalan bareng suami dan anak-anak. Kami menengok Kakek (bapak mertua) di pinggiran kota Bogor.
Dadah!
1. Ketuwelan berlima
Kapan pun, di mana pun. Saat sedang qulity time barens suami dan tiga anak, saya merasa bahagia. Punya keluarga. Suami yang sabar dan baik hati. Anak-anak laki-laki yang normal, manis, dan cerdas. Itu udah lebih dari cukup.
2. Rumah yang tenang
Home sweet home. Akhirnya kesampean juga punya perasaan bisa betah di rumah. Waktu kecil saya mah bawaannya pengen kabur-kaburan aja, hehe. Bahagia sekarang bisa tinggal di rumah yang tenang. Sempat juga dulu saya ingin melarikan diri ketika ada yang mengusik ketenangan rumah ini. Untunglah, badai sudah berlalu. Jantung saya nggak deg-degan lagi. Itu yang membuat setiap detik ketenangan di rumah begitu berharga.
3. Bersepeda pagi
Bersepeda pagi rutin saya lakukan setiap pagi untuk belanja sayur. Udara pagi seolah menyambut kebebasan saya. Iya, saya bebas!!! Mau belanja apa aja, mau masak apa aja... terserah saya dong! Dan semuanya itu dilahap tanpa protes oleh suami dan anak-anak, hihihi.
4. Masak sesuka hati
Masih sama dengan bersepeda pagi. Sekarang, saya mau masak apa saja nggak ada yang demo. Malah kalau nggak masak juga nggak jadi keributan. Nggak pusing mikirin porsi yang selalu kurang. Semua yang saya masak pas untuk sekeluarga. Baik dari segi rasa maupun porsinya.
5. Bepergian tanpa panik
Akhirnya, saya bisa seperti keluarga normal lainnya. Bisa bepergian bareng keluarga dengan tenang tanpa panik. Panik karena di-deadline. Panik karena never ending drama sebelum dan setelah pulang. Sekarang, ngga ada lagi. Senangnya...
Kemon, Meng! Mainkan! |
Iya, sesederhana itu aja bahagia saya. Buat yang bingung kenapa kok bisa begitu. Silakan baca curhat galau saya tentang ujian yang saya hadapi selama bertahun-tahun di blog ini, hehehe.
Sampai jumpa lagi.
Karena ini hari Minggu, saya lagi jalan-jalan bareng suami dan anak-anak. Kami menengok Kakek (bapak mertua) di pinggiran kota Bogor.
Dadah!
Mb penasaran yg curhat galaunya di label apa menu apa nih ehehheh
ReplyDeleteadaa di label curhat. postingan lama yg banyak galaunya hahaha
DeleteBahagia karena bisa ngumpul sama keluarga itu terbaik yaa, Mba (:
ReplyDeletealhamdulillah iya mba jane :)
DeleteSelamat menikmati waktu bersama keluarga mbak.. ❤️
ReplyDeletemakaciii :*
DeleteBahagia di rumah dengan tenang dan bisa masak sesuka hati. Sederhana dan bermakna������
ReplyDeletealhamdulillah iya mba :)
Delete*menyelam di postingan lama mbak inna* hahaha
ReplyDeleteDuh aku juga sekarang masih betah di rumah, soalnya males gendong :))