Bersepeda dan Kenangan Masa Kecil

Bersepeda sepertinya adalah kenangan masa kecil yang masih dijalani sampai sekarang. Tiada hari tanpa bersepeda. Kalau nggak bersepeda, keluarga saya nggak makan. Lho, emang sepeda buat nyari nafkah, Mak? Enggak. Sepeda saya pakai tiap hari buat belanja ke warung sayur. Kalau saya nggak pergi belanja, ya serumah nggak makan, hehehe.

Sepeda baru dibeli saat saya pindah menetap di Bogor. Waktu masih merantau nggak mungkin juga punya sepeda. Nanti bingung dibawa pindahannya. Kalau sepeda anak yang ukuran kecil masih sempat beli waktu tinggal di Solo. Pas pindahan ke Bali tinggal angkut aja ke truk. Begitu pindah lagi, sepeda ditinggal karena sudah rusak.

Cukup lama juga saya tidak mengendarai sepeda. Mungkin terakhir naik sepeda itu pas SMA atau kuliah. Itu juga pakai sepeda balap punya Papi saat saya pulang ke rumah di Cikampek (saya tidak tinggal di rumah ortu sejak SMA). Baru naik sepeda lagi pas tinggal di Solo. Pinjam sepeda tetangga buat nguber tukang sayur. Lama nggak naik sepeda, saya pun berlalu dengan bolak-balik ngegeleyong karena kagok tea...

Punya sepeda sendiri adalah suatu kebanggaan. Mungkin sama kayak emak yang baru dibeliin motor sama suaminya. Saya juga begitu. Sepeda adalah kendaraan dinas saya buat wara-wiri keliling komplek. Mau hunting sayur, ke rumah teman yang agak jauhan (tapi masih di dalam komplek), dan beli jajanan di depan ruko atau minimarket depan komplek. Iya, masih seputar komplek aja tapi saya seneng banget. Kalau jalan kan lumayan juga capeknya karena komplek rumah saya cukup luas.

Saya dan kendaraan dinas

Sesuai kebutuhan (yaitu untuk belanja), saya pilih sepeda mini alias sepeda dengan keranjang di bagian depan. Setiap pagi setelah anak-anak berangkat sekolah, saya pergi mencari sayur dengan sepeda. Bisa tiga sampai empat rit bolak-balik ke rumah kalau belanjaannya banyak. Atau dari warung A, taruh belanjaan dulu di rumah baru pergi ke warung B.

Muat buat belanjaan sayur setiap hari

Waktu kecil, saya juga punya sepeda yang sama. Tepatnya pas kelas 4 SD. Sepeda saya pakai untuk main ke rumah teman. Bahkan ada teman yang punya sepeda persis sama, jadi kembaran deh kita. Namanya anak-anak, kalau main sepeda sering jatuh. Tidak heran jika pada tahun berikutnya sepeda mini saya banyak goresan bahkan keranjangnya penyok. Biar begitu teuteup aja saya suka dan masih enakeun dipakenya.

Ketika mau SMP, saya dibelikan sepeda olahraga yang dulu disebut sepeda Federal (nama merknya). Sepeda Federal pernah saya pakai untuk lomba rali sepeda dan berhasil menang juara satu. Lomba kecil-kecilan memang, hadiahnya juga sama rata untuk semua pemenang. Tapi saat itu saya yang nggak pernah juara merasa seneng banget.

Sekarang, di rumah saya ada 4 sepeda. Satu milik saya. Sepeda besar pixy (bener ngga nulisnya, kok berasa kosmetik) warna putih milik Aa dan dipakai bergantian dengan suami. Sepeda BMX putih kecilan dikit milik Kk Rasyad. Dan terakhir, sepeda paling kecil BMX kuning milik Dd Irsyad. Harap maklum kalau mampir ke rumah saya bakal lihat pemandangan teras seuprit yang isinya sepeda semua, haha.

Sesekali saya bersepeda bareng anak-anak. Ketika mereka minta jajan di minimarket depan komplek. Sepeda jalan beriringan dengan Dd Irsyad di depan dan saya serta kakaknya ada di belakang. Kalau lagi nggak mood naik sepeda, Dd saya bonceng. Dulu sih sering nongkrong bareng makan jajanan di lapangan yang ada di bawah sutet. Sekarang udah jarang karena tiap sore sering hujan.

Demikian dulu cerita tentang saya dengan sepeda. Sebagai tambahan, karena tema #BPN30dayChallenge2018 adalah tentang kenangan masa kecil, berikut foto saya waktu masih kecil. Lupa umur berapa. Kayaknya sih baru masuk SD...

Foto saya waktu kecil :D